Wednesday, August 12, 2009

Cimart....., lanjutkan

Dengan keterbatasan waktu yang ada, alhamdulillah semalam bertempat di toko Cimart hadir 7 orang pengurus. Pak Ceppi, Pak Firman, Pak Parjan, Pak Nana, Pak Nas, Pak Gun dan Pak Bandi. Pukul 20.00 diskusi dimulai.
Tampak tumpukan karung beras diatas palet telah berubah menjadi seperti ini.


beras yang bisa tertawa

Alhamdulillah, itu artinya beras kita telah habis terjual. Tinggal beberapa kantong ukuran 5 kg dan 10 kg yang tersusun diatas rak.

beras yang bisa tersenyum

Karyawan

Dari 2 orang calon karyawan yang telah diwawancarai oleh Pak Eko dan Bu Win, disepakati kita akan terima keduanya sehingga total karyawan Cimart menjadi 3 orang. Mengingat, toko sering tutup lebih awal daripada kunjungan pelanggan dari kalangan anggota Cimart. Dengan 3 orang karywan ini bisa diatur jadwal jaga toko sehingga memungkin salah satunya untuk off. Selain itu salah satu karyawan akan difungsikan sebagai sales untuk barang yang jual secara grosir. Palu telah diketuk oleh Pak Parjan :"sah".

Penjualan beras

Selain menggunakan sistem telpon, Cimart juga akan mengkombinasikannya dengan door to door dengan membawa daftar barang/product list. Untuk mempercepat perputaran beras, setiap anggota wajib menjual 1 karung per bulan kepada tetangga terdekat, famili atau kenalan. Untuk meningkatkan nilai jual perlu membenahi sektor label yang ada dengan label kertas 2 warna. Tugas ini diemban oleh Pak Nana.

Pindah toko

Usulan untuk pindah toko ke lokasi yang lebih strategis nampaknya menjadi hal yang sangat urgen karena untuk jangka panjang lokasi toko saat ini kurang cocok untuk grosir. Lalu pindah kemana? Opsi pertama adalah ke ruko anggrek/lantai bawah Netcom dengan biaya sewa per tahun 20juta.

Opsi lain? Untuk sementara, peserta meeting hanya mengangkat bahu. Akhirnya tercetus ide untuk mencari tempat/ruko lain sebagai pembanding. Ruko deretan Arcade sudah diatas 25 juta per tahun. Akhirnya saya ditugasi untuk mencari informasi ruko sentra niaga, dua lantai. Deadline hari Sabtu. Diharapkan sebelum memasuki bulan puasa ini Cimart sudah pindah toko.

MU Uneh [wisata kuliner Bandung]

Ketika memilih sebuah tempat untuk membuka usaha kuliner, maka ada beberapa rumusan yang dipakai oleh para pengusaha kuliner itu.

Ada yang bilang begini,"kalau mau buka warung mie, maka carilah daerah yang sudah ada warung mienya, kemudian buka disekitarnya, sehingga usaha kulinernya akan cepat berkembang"

Pendapat lain bilang begini,"lihat suatu tempat ramai yang belum ada warung mienya, dan buka di lokasi itu, maka warung mie yang kita dirikan akan lebih cepat bekembang"

Teori-teori mencari lokasi untuk warung masih ada banyak lagi, tapi menjadi tugas para ahli kuliner untuk membahasnya. Aku cuma ingin menulis tentang warung-warung yang tempatnya tidak jelas tapi larisnya jelas banget.

Di Pandaan Jawa Timur ada warung Ayam Goreng yang luar biasa ramai, padahal tempatnya jauh dari kota, masuk ke sawah-sawah dan parkirnya susah.

Di sekitar Banda Aceh juga, dulu ada warung yang jauh di lokasi transmigrasi tapi rasa dan larisnya juga luar biasa.

Kelihatannya soal rasa inilah yang menjadi keunggulan warung-warung "ndelik" [tersembunyi] ini. Bahkan isu yang menyebutkan proses memasak yang "mistis" [pakai jasad orang mati] tetap tidak menyurutkan langkah para pelanggan mereka.

Kali ini aku mencoba mengunjungi warung MU Uneh, sebuah warung "ndelik" yang ternyata memenuhi kriteria enak dan laris.



Terletak di seputaran daerah Jalan Pajajaran Bandung, warung ini benar-benar "ndelik". Parkirnya juga susah, meskipun ada petugas yang dengan sigap selalu mengarahkan arah parkir kita.

Setelah parkir, kita harus jalan kaki yang lebih jauh dari biasanya untuk mencapai warungnya. Petunjuk ke warung ditulis di badan jalan pas simpang tiga. Setelah itu kita akan melalui gang sempit [banget], karena tidak bisa dipakai untuk bepapasan, kecuali kalau yang berpapasan itu sepasang suami istri.



arah warung ditulis di jalan


gang suempit


serasa keluar dari time tunnel

Begitu keluar dari lorong yang gelap [kayak lagunya Dlloyd] maka terbentanglah di hadapan kita warung MAk Uneh yang asri dan suejuk. Kulihat ada tulisan Ngamen Gratis di pintu masuknya [emang pengamen mana yang mau masuk ke warung ndelik ini?]

pilihan yang beragam

Aku langsung menuju ke tempat pemesanan makanan, sementara teman-teman lain dengan diarahkan petugas dari warung mencari tempat yang strategis. Mau ruangan ber-AC ada mau yang non AC juga ada. Tentu saja kita pilih non AC, biar ada sensasi keringat di akhir acara makan.


udang yang menggoda

Selesai memesan makanan, kita duduk dan makananpun mulai mengalir satu demi satu. Dimulai dari teh tawar, sambal sesuai masakan yang kita pesan [ada banyak jenis sambal rupanya], kemudian petugas bagian minuman juga dengan sigap langsung mendata kebutuhan minuman kita.

Tak perlu menunggu lama, masakanpun akhirnya satu demi satu tesedia di depan kita. Meskipun saat ini belum jam makan, tapi wajah makanan yang mengundang selera langsung membuat kita tak sabar untuk menyantapnya.

Ada sop buntut yang tidak termakan oleh kawan-kawanku. Maklum semua model "muluk" [pakai tangan kosong bukan sendok], sehinga sop buntut itu tidak masuk daftar prioritas.


baru keambil satu potong

Baru setelah selesai makan, mulailah mata melirik pada sop buntut yang mubadzir ini. Ada 2 mangkok sop buntut di dekatku dan rasanya mubadzir kalau tidak kumakan.

Meski perut sudah kekenyangan, ternyata rasa sop buntut ini masih mantap. Berarti kalau pas lapar tadi rasa sop buntut ini pasti luar biasa ya [bener nggak nih?]

Dari sekian banyak makanan yang terhidang, menurutku yang paling kurekomendasikan adalah empal gepuknya. Dari penampakan maupun rasa, sudah tidak diragukan lagi.

Empuk, gurih dan tidak bikin "slilit" di gigi [suatu hal yang paling kubenci kalau makan kok bikin "slilit"]

crookkk...! garpu menancap di empal gepuk


lihat gambarnya aja udah ngiler nih...


Mau nyoba sendiri ?

Silahkan datang sendiri ke TKP [kalau mau nraktir juga boleh, hehehe...]