Sunday, May 24, 2009

Tentang Mastermind

Informasi ini saya copy dari Blog TDA Sekretariat untuk informasi tambahan ber-mastermind.

Pendapat Les Brown (co-author buku Kekuatan Dari Fokus) mengenai kelompok mastermind:


"Kelompok mastermind kami terdiri dari lima orang. Masing-masing orang memiliki bisnisnya sendiri, terdiri dari industri yang berbeda-beda. Saat ini kelompok kami sudah empat belas tahun berkumpul. Kami tidak bersosialisasi banyak di luar pertemuan bulanan. Selama berkumpul semua orang pernah mengalami berbagai kesulitan dan menikmati berbagai prestasi. Topik diskusinya mencakup tantangan dan peluang bisnis yang ada; bagaimana caranya menciptakan presentasi yang efektif; di mana ibsa ditemukan modal ventura; dan bagaimana cara memecat karyawan kunci. Kami juga pernah mengalami kesulitan dalam pernikahan, masalah dengan anak remaja, persoalan kesehatan, krisis keuangan dan perubahan karir. Beberapa pertemuan kami pernah emosional, di mana air mata dikucurkan tanpa sungkan. Kami sekarang menikmati ikatan yang mengagumkan dan kekayaan mengetahui bahwa ketika siapa pun membutuhkan bantuan, empat orang siap dan mau memberikan bantuan segera. Sungguh posisi yang penuh kuasa. Waktu dan upaya yang dicurahkan benar-benar layak".

Ajakan pembentukan mastemind dari sang Jendral TDA, pak Roni Yuzirman :

Pembentukan TDA Mastermind Group (kelompok pemikir utama) sudah saya utarakan sejak lama. Mungkin ada beberapa member yang ingat. Mastermind Group ini penting. Banyak orang sukses melakukannya. Pak Tung, Anthony Robbins, Mark Victor Hansen, semua punya kelompok mastermind.

Sebenarnya bagi yang muslim, hal ini bukanlah hal baru. Nabi Muhammad melakukannya pada masa awal dakwah. Istilahnya adalah halaqah atau liqa'. Kira-kira mirip seperti itu. Kalau di intelijen istilahnya adalah sistim sel. Bisnis MLM sebenarnya mengadopsi sistim dakwah nabi ini.

Tapi, jangan anggap enteng sistim sel ini. Dalam waktu singkat kota Mekkah dapat ditaklukkan karena berjalannya sistim ini. Fenomena PKS 'menaklukkan' Jakarta dan sebagian Indonesia juga karena efektifnya sistim ini. PKS bisa sukses karena sistim pengkaderan yang canggih ini. Hal ini kelihatannya mulai dicontoh oleh partai-partai lain.

Di TDA sendiri sistim kita sebenarnya mengacu ke sistim sel ini. Jadi, kita sebenarnya tidak mencari jumlah member yang banyak. Member yang sedikit saja tapi berkualitas. Sedikit tapi efektif dan kuat. Makanya kita selalu dorong interaksi sesama member dalam setiap kegiatannya.

Berikut ini akan saya kutip latar belakang dan urgensinya pembentukan kelompok mastermind dari bukunya Mark Victor Hansen dkk berjudul Kekuatan dari Fokus (halaman 182-185):

Mastermind Group, sesuai namanya, menuntut pemikiran bersama. Awalnya sudah ada sejak dulu. Socrates menikmati perdebatan seru dan peluang berbagi ide serta wawasan. Anggotanya idealnya adalah 5-6 orang yang ingin mengembangkan hubungan baik jangka panjang.

Maksud utama mastermind group adlah memberikan dukungan satu sama lain secara emosional, pribadi, maupun profesional. Dalam forum ini, anggota saling berbagi ide serta informasi, sekaligus mendiskusikan topik-topik berarti serta tantangan sehari-hari. Kalau anda pilih orang yang TEPAT, sistim dukungan yang mengagumkan ini bisa dinikmati bertahun-tahun. (Komentar saya: sistim ini sebenarnya sudah berjalan di komunitas TDA dalam forum milis).

Ada empat tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan konsep ini:
1. Pilihlah orang yang tepat.
Mulai dengan 1-2 orang dulu dan secara bertahap menambahnya. Juga ada baiknya memasukkan orang-orang yang mempunyai pengalaman sukses sejati dlam bisnis, atau telah mengatasi situasi-situasi pribadi yang menantang. Membernya dianjurkan dari industri yang berbeda. Campuran berbagai pengalaman serta latar belakang akan menambah kedalaman serta variasi.

2. Semua orang harus membuat komitmen.
Kelompok mastermind dirancang sebagai sistim dukungan jangka panjang. Ini bukanlah orang-orang sembarangan. Harus ada kesepakatan awal tentang kebijakan pemberhentian. Jangan sampai tercipta gejala "apel busuk dalam keranjang", di mana seorang individu yang mengendalikan atau negatif itu mendominasi keseluruhannya.

Tingkat komitmen akan menentukan seberapa sukses kelompok mastermind ini jadinya. Komitmen menuntut kehadiran yang teratur, kesediaan untuk berpartisipasi, dan kesepakatan untuk merahasiakan apa pun yang diceritakan dalam kelompok.

Manfaat sesungguhnya akan terasa hanya ketika ada kepercayaan yang tinggi di dalam kelompok.

3. Putuskan kapan, di mana, seberapa sering dan berapa lama andna ingin berkumpul.
Dua tiga jam setiap bulannya adalah aturan yang baik, atau boleh lebih sering. Ada yang memilih waktu sarapan di tempat yang rileks, ada yang memilih wkatu makan malam selepas hair kerja. Kembali, beppulang kepada anda. Pilihlah lokasi di mana anda tidak terganggu oleh telepon, faks atau orang lain. Jadikanlah aturan untuk mematikan telepon seluler ketika sedang berkumpul. Jangan perlakukan kelompok mastermind ini sebagai rapat. Ini adalah waktu istimewa dengan orang-orang istimewa. Jadi, maksimalkanlah peluangnya untuk fokus kepada persoalan yang ada.

4. Apa yang dibicarakan?
Pilihlah pemimpin peran utamanya agar menjaga percakapan tetap berlangsung dan memberikan waktu yang sama bagi semua orang. Lalu ajukan pertanyaan: "Bagaimana kabarnya dengan kehidupan bisnis?", dan "Bagaimana kabarnya dengan kehidupan pribadi?" Bergiliranlah (ini mirip WIFLE di Action Intl).

Pertanyaan baik lainnya adalah, "Apakah tantangan terbesar yang kamu hadapi sekarang ini?" Juga, diskusikanlah dan dukunglah sasaran-sasaran masing-masing. Inspirasikanlah semua orang untuk meraih apa yang mereka inginkan. Doronglah mereka untuk berpikir besar dan perkenalkanlah mereka kepada orang yang bisa mempercepat kemajuan mereka.

Terkadang anda mungkin perlu menyiapkan topik khusus. Ada baiknya juga kalau anda mencadangkan waktu bagi seseorang yang mempunyai kebutuhan khusus - krisis keuangan atau masalah kesehatan yang perlu diatasi. Situasi-situasi seperti itulah yang benar-benar menciptakan ikatan di antara kelompok mastermind. Manfaatkanlah peluang ini untuk membantu dengan cara apa pun untuk memecahkan persoalannya. Kalau timbul situasi mendesak, anda selalu dapat mengadakan pertemuan mendadak untuk menanganinya dengan segera.

Wassalam.

"BITER HAMEN" DAN KETANGGUHAN MENGHADAPI PERSOALAN

ENTAH ada dimana akal sehat Ervin Lupoe berada,
ketika ia memutuskan membunuh kelima anak, istri dan akhirnya dirinya sendiri pada hari Selasa (27/1) waktu Amerika Serikat. Ervin menembak seluruh anggota keluarganya karena khawatir pada masa depan suram setelah kehilangan pekerjaan. Anak-anaknya ikut dibunuh karena dia dan istrinya, Ana, tidak yakin pada masa depan mereka bila diasuh orang lain. Alasan bunuh diri ini membuat Los Angeles dan sekitarnya gempar karena ditulis tangan oleh Ervin Lupoe dan dikirimkan via faks ke Stasiun KABC-TV.(isi suratnya bisa baca disini)

Di awal suratnya ke stasiun TV KABC ia menulis, "Nama saya Ervin Lupoe, istri saya, Ana Lupoe, putri kami Britney 8 tahun, putri kembar kami Jaszmin-Jassely, dan putra kembar kami, Benjamin dan Christian, 2 tahun 4 bulan". Pembukaan surat pria berusia 40 tahun itu sungguh menyiratkan ia adalah lelaki yang berbahagia dan memiliki segalanya. Lihatlah foto anak-anak Ervin yang dipajangnya di Facebook..

Setelah menembak mati istrinya, putri sulungnya, putri kembarnya lalu putra kembarnya, masih dengan revolver di tangan, di pagi yang naas itu, Ervin sempat menelepon 911 pukul 08.22 dan mengaku menemukan istri dan kelima anaknya telah tewas dirumah. Empat menit kemudian, polisi tiba dirumah Ervin di Wilmington tak jauh dari Pelabuhan Los Angeles. Jasad Ervin bersama ketiga putrinya ditemukan diruang tidur utama lantai atas sementara mayat istri dan putra kembarnya di kamar tidur belakang. Tragis dan sungguh membuat saya seketika merinding membaca beritanya.

"Badai" krisis ekonomi dunia yang menghantam begitu dashyat di Amerika berdampak pada hilangnya mata pencaharian banyak orang disana. Tercatat selama Desember tahun lalu jumlah karyawan yang diberhentikan sekitar 226 ribu dan lebih 3,6 juta orang disana sepanjang tahun 2008 berubah status jadi penganggur. Kejadian itu menimpa pasangan Ervin/Ana yang keduanya tercatat sebagai karyawan pada Rumah Sakit Kiasser Permanente. Pasangan ini dipecat karena dianggap memalsukan penghasilan untuk mendapatkan perawatan anak di lembaga sosial. "Menyadari kami tak lagi punya pekerjaan, dengan lima anak, kami tak tahu lagi harus kemana. So, here we are," tulis Ervin putus asa, seperti yang saya kutip dari Majalah Tempo edisi 2-8 Februari 2009.

“Hadapi persoalanmu ini dengan Biter Hamen,”kata seorang kawan saat menghibur saya yang tengah gusar ketika saya mesti siap menghadap fakta untuk di PHK dari PT Timori pasca kerusuhan 1998

“Biter Hamen? Apa itu?,” Tanya saya keheranan. Apakah ini sebuah istilah dalam bahasa jerman atau semacamnya?, saya membatin.

Kawan saya tersenyum samar.

“Itu singkatan dari Bibir Tersenyum, Hati Menjerit,” sahutnya spontan

Tawa saya lantas meledak, kawan saya ini betul-betul memiliki selera humor yang lumayan.

“Eit, jangan ketawa dulu. Saya serius. Senyum adalah salah satu cara terbaik mengatasi masalah hati. Senyum, bisa menjadi obat. Menjadi sugesti yang datang dari sendiri untuk mengobati rasa perih, “ kata kawan saya sembari memasang tampang serius.

Saya mendelik kebingungan.

“Senyum”, kata dia lagi,”bagi sementara orang boleh jadi menjadi semacam “masker”atau “topeng” dari rasa luka dihati. Sebentuk apologi. Tapi disadari atau tidak, dengan menyunggingkan senyum—seterpaksa apapun itu—akan memberikan efek “menyembuhkan” , baik secara perlahan-lahan maupun dramatis bagi sebuah jiwa yang terkoyak. Untuk memulihkan, memang butuh waktu, tergantung sejauh mana yang bersangkutan mampu menanggulangi nya antara lain dengan cara lebih ikhlas merelakan kehilangan dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa atas cobaan yang baru dialami serta melapangkan hati untuk siap menghadapi tantangan baru dimasa depan”.

“Tapi, bukankah itu berarti mengingkari kata hati. Mana bisa saya menebar senyum kemana-mana kalau sedang sakit hati?”, sanggah saya sengit.

Kawan saya lagi-lagi tersenyum.

“Pernahkah terlintas dalam benakmu, bahwa hidup ini sesungguhnya begitu indah?. Coba perhatikan hal-hal sederhana saja disekelilingmu. Bintang-bintang yang berkelip terang dibentang lazuardi langit , senja yang memukau dibatas cakrawala ketika matahari tenggelam, atau kebahagiaan saat bercengkrama bersama keluarga, pernahkah kamu merasakan setiap keindahan dibaliknya?. Dengan memusatkan segala pikiran dan tubuh kita pada subyek yang saya katakan tadi, akan menghasilkan sebuah kekaguman yang luar biasa. Terlebih bila kekaguman tersebut dibarengi pula pada ketakjuban pada sang sumber segala keindahan, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tentu lebih indah dari segala yang telah diciptakannya. Ini sebuah cara pandang bermuatan spiritual yang seyogyanya mengembalikan spirit jiwa kita untuk lebih tangguh menghdapi persoalan kehidupan dan lebih bersyukur atas nikmat hidup yang kita miliki, hingga detik ini”.

Saya menggigit bibir. Banyak Tanya merajai benak saya ketika itu.

“ Karena mereka memiliki jiwa yang belum terkontaminasi hal-hal yang bersifat materi, anak-anak senantiasa memaknai segala sesuatu yang diamatinya secara lebih indah dan menakjubkan. Mereka sangat dekat dengan kesejatian diri. Beda dengan kita yang sudah dewasa, yang kerapkali lebih dekat pada hal-hal yang bersifat materi. Hidup yang indah selalu diidentikkan dengan memiliki uang yang banyak. Kita jadi kehilangan kemampuan melihat sesuatu sebagaimana adanya karena kita tak memiliki cara pandang bermuatan spiritual untuk memandang lebih jernih tentang keindahan hidup ini”

Saya manggut-manggut.

“Jadi kawanku, sesungguhnya, tak ada alasan buat kamu dan juga saya untuk tidak selalu tersenyum, karena hidup ini indah. Jangan menjadikan masalah yang kamu hadapi ini sebagai beban. Bersyukurlah, karena dengan adanya masalah itu juga menunjukkan bahwa kita benar-benar hidup. Justru ini adalah sebuah peluang dan tantangan buatmu, bagaimana cara mencari solusi kreatif untuk keluar dari persoalan. Kamu akan mengerahkan segala daya dan kemampuan yang kamu miliki untuk menyelesaikannya. Bila kamu menghayati semua proses itu, maka saya yakin, kamu akan menemukan serpih-serpih keindahan dan hikmah dibaliknya. Kamu bisa jadi lebih tangguh serta kreatif dan tentu menemukan “mutiara” berharga berupa pengalaman menyelesaikan masalah jika kelak kamu menghadapi persoalan serupa dimasa datang. Jadi Biter Hamen sajalah,” kata kawan saya menutup kalimat filosofisnya seraya menepuk hangat pundak saya.

Beberapa tahun setelah percakapan itu, saya menonton film “Life is Beautiful” (La Vita est Bella, 1997) yang dibintangi oleh Roberto Benigni dan Nicoletta Braschi. Film yang memenangkan 3 Penghargaan Academy Award dan 56 penghargaan internasional itu seketika membuat saya terkenang kembali uraian filosofis kawan saya.

Alkisah, film yang mengambil setting awal Perang Dunia II di Italia ini menceritakan pengalaman seorang ayah bernama Guido Orifice (Roberto Benigni) yang selalu memaknai hidupnya dengan penuh keceriaan. Ia selalu menari dan bernyanyi riang tak peduli seberat apapun masalah yang dihadapinya.

Hal ini menjadi ironi karena apa yang tengah dihadapi olehnya dan keluarganya ketika itu sangat berat dan tak mudah. Nasib naas menimpa Guido dan keluarganya. Mereka ditangkap oleh tentara Nazi Jerman dan dibawa ke kamp konsentrasi yang terkenal kekejamannya. Guido sadar apa yang tengah dihadapinya ketika itu dan ia tak ingin terbawa kesedihan.

Pada Joshua, putra tersayangnya yang baru berusia 6 tahun, Guido mengarang cerita bahwa apa yang sedang mereka lakukan ketika itu adalah sebuah bagian dari permainan. Siapapun yang ada dalam kamp konsentrasi itu adalah para pemainnya.

Dengan kalimat getir namun penuh optimisme, Guido memaparkan bahwa mereka harus mengikuti segala peraturan di kamp konsentrasi itu untuk memenangkan hadiah pertama yaitu sebuah tank. Hadiah itu didapatkan setelah mengumpulkan 1000 poin. Jika Joshua menangis, misalnya karena lapar atau ingin dekat sang ibu, maka seketika poinnya hilang dan akan diberikan kepada yang lain.

Ketika film berakhir , air mata saya perlahan menetes saat menyaksikan Guido akhirnya tewas tertembak, Sang anak dan istrinya selamat. Disela-sela kemenangan tentara Amerika atas Tentara Jerman, perasaan haru saya seketika membuncah saat melihat Joshua, akhirnya mendapat “hadiah atas permainan” yang dilakoninya, berupa naik tank tentara Amerika.

Film itu telah menjelma menjadi sebuah spirit dan motivasi dashyat buat saya untuk lebih menghargai hidup ini dan menikmati segenap warna-warni yang meliputinya, dengan penuh rasa syukur. Mengubah paradigma atau cara pandang kita memang tak mudah disela-sela kepahitan hidup yang kian berat menimpa pasca krisis global yang kini mulai menimpa Negara kita.

Saya ingin mengutip tulisan menarik dari Thich Nhat Hanh dalam bukunya “The Miracle pf Mindfulness” (1975). Ia berkata, ada 3 cara yang bisa kita lakukan agar bisa menikmati setiap momen. Pertama adalah Bernafas. Pengendalian tubuh dan pikiran tergantung dari sejauh mana kita menguasai nafas kita. Saat kepala kita penuh dengan pikiran, bernafaslah dengan segala kesadaran dengan tubuh kita.Hal ini akan membuat pikiran akan menyaru dengan tubuh kita. Dengan bernafas yang benar, maka kita akan selalu mampu merevitalisasi diri kita.

Kedua adalah Mengamati Diri. Jangan pernah membiarkan setiap pikiran yang masuk begitu saja “nyelonong” kedalam otak kita, tanpa melakukan identifikasi kritis, bagaimana dan apa bentik pikiran itu. Setiap bentuk pikiran yang muncul hendaknya selalu diamati, jangan sampai itu akan membuat kita justru bertindak kontraproduktif. Kalau anda sedang cemburu misalnya, maka seketika anda akan berkata,”Suatu perasaan cemburu baru saja muncul dalam hatiku”. Setiap tindakan yang kita lakukan senantiasa berada dalam tataran rasa sadar, bahwa itu akan menjadi hal paling penting bagi kita.

Ketiga adalah Tersenyum. Bagi Nhat Hanh, tersenyum adalah cara menarik untuk mempertahankan sikap sadar.Tersenyumlah dalam setiap kondisi apapun, mulai dari bangun tidur, beraktivitas sepanjang hari hingga kemudian tidur kembali.Senyum akan membuat kita tak serta merta larut dalam emosi bahkan justru akan senantiasa mengingatkan kita tentang momen terindah yang kita sedang atau pernah lewati.

Krisis ekonomi global sudah mulai terasa dampaknya dinegara kita, tak pelak, akan menimbulkan sejumlah persoalan-persoalan yang membebani hati. Gelombang PHK—seperti yang dialami Ervin Lupoe dan istrinya serta ribuan orang di Amerika—telah terjadi pula di Indonesia. Bukan hal yang mustahil tragedi yang dialami Ervin juga dapat terjadi di Negara kita. Terlebih ketika seseorang, yang dilanda persoalan berat yang bertubi-tubi datang menghantam, namun tak sanggup secara sadar mengendalikan diri untuk tetap berfikir secara jernih menyelesaikannya.

Dengan melihat bahwa masalah yang datang adalah bagian dari kesempatan berharga untuk tumbuh, maka ia dapat menjadikan itu sebagai media belajar untuk lebih tangguh serta kreatif mencari solusi terbaik sebagai jalan keluar dari masalah tadi. Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika ke-16 pernah berkata "Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita kehilangan semangat".

Keberhasilan haruslah diupayakan. Kita mesti memandang bahwa urusan hasil adalah urusan Tuhan. Yang dapat kita lakukan sebagai hambaNya adalah berusaha semaksimal mungkin dan sekuat tenaga. Segala usaha berada dibawah kontrol kita, sedangkan soal hasil sepenuhnya berada dibawah kekuasaan Tuhan. Ini sejalan dengan Firman Allah SWT dalam QS 53:39 : "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya".

Seseorang kerapkali merasa stress dan tertekan bila terlalu berorientasi pada hasil sehingga ia sama sekali tidak menikmati setiap proses dan usaha untuk mencapainya. Padahal, soal hasil itu, berada diluar jangkauan kontrol kita. Orang yang gagal sesungguhnya bukanlah orang yang pernah mengalami kegagalan namun orang-orang yang kalah ketika menempuh kegagalan itu sendiri. Keberhasilan terletak pada kerja dan usaha, bukan pada perolehan. Ini bisa menjadi sebuah cara pandang baru kita dalam melakukan dan memaknai setiap ikhtiar.

Maka dari itu, tersenyumlah. Karena hidup ini begitu indah bila kita melihatnya dari jendela hati yang lebih jernih.







Train (Chapter 1)

Hari ini bersama keluarga, jalan-jalan ke karawang, karena belum sholat ashar mampirlah kami di masjid agung krawang, seperti umumnya masjid agung, maka ada alun-alun didepannya, alun-alun ini cukup ramai dengan pedagang kaki lima.

Setelah sholat saya keliling diantara pedagang kaki lima, macam-macam sekali jualannya. Ada yang jual makanan, sandal, kaos anak, mainan anak. Ketika saya lihat di tempat yang jual mainan anak. Penjual mendisplay barangnya berupa mainan kereta-keretaan yang di kasih rel memutar, terlihat kereta api itu terus berputar di rel seperti sebuah sirkuit.

Kalau suatu lomba balap di sirkuit, sudah ada ketentuan berapa kali putaran, nah kalau kereta mainan ini menunggu sampai battery habis. Kalau di analogikan, untuk pembalap sirkuit walau sudah di kondisikan atau "dipaksa" untuk menjalani sirkuit, tapi mereka sudah punya goal diawal, menang pada sekian putaran. Bagaimana mereka punya team, punya motor/mobil cadangan, punya ban dan bahan bakar cadangan, semua telah di persiapkan untuk meraih kemenangan, kecuali force major, seperti terjatuh atau menabrak pembatas, mesin ngadat dan sebagainya.

Dalam bisnis juga seperti itu, kadang kita sudah di kondisikan dengan persaingan bisnis yang sudah sangat komplek, padahal kita belum punya pengalaman berbisnis, baru lagi mencoba terjun. Kita sering turun langsung ke bisnis tanpa persiapan, sebenarnya banyak hal yang harus di lakukan sebelum menerjunkan diri dalam berbisnis, tapi harus di lakukan secara paralel. Jadi sambil mempersiapkan strategi, kita harus tetap action. Dan tidak boleh takut untuk gagal. Yang penting di awal adalah goal atau impian anda dahulu, kalau sudah ada mimpi maka bisa disusun kerangka untuk itu.
Nah untuk mewujudkan kerangka itu kita perlu melihat kembali diri kita, apa pas kita dengan isi kerangka tujuan itu. Bukan berarti kalau tidak pas trus kita mundur atau ganti mimpi. Tapi dari yang kurang pas itu kita ubah agar sesuai dengan kehendak mimpi kita.

Selesai dulu untuk di lanjutkan lain waktu

Pertemuan Master Mind Cikarang Yang Mencenggangkan


"Saya datang karena dipaksa oleh suami. Saya tadi juga sudah memaksa untuk pulang saja, tapi akhirnya saya tetap disini sampai jam ini dan alhamdulillah, saya tadi tidak jadi pulang"

Begitu ungkapan jujur dan mengharukan dari seorang istri yang diajak ikut Master Mind Cikarang 1 [MMC1].

Setelah mengucapkan kata pembuka itu, meluncurlah ide-ide segar yang tadinya mungkin hanya akan ada dalam pikiran sang istri tersebut.

Kitapun jadi semangat memberi masukan untuk ide-ide yang dilempar ke forum ini.

Ini memang MM yang baru sekali kuikuti dan rasanya kita harus banyak menahan diri, karena begitu banyak yang ingin kita sampaikan untuk teman-teman kita, tetapi kita tidak ingin terlalu dominan dan tidak ingin terlalu banyak menghabiskan waktu bicara teman-teman kita.

Beberapa teman yang terlihat kurang aktif terpaksa kita komporin agar ikut bersuara, sehingga semua peserta diskusi ini bisa merasakan enaknya berpendapat dan enaknya menerima pendapat orang lain.

Dengan banyak berpendapat, maka para peserta MM bisa merasakan dirinya "eksis" dan "dibutuhkan" oleh peserta yang lain. Akibatnya, dia akan termotivasi untuk selalu datang di pertemuan selanjutnya dan termotivasi untuk mengeluarkan ide segar ataupun masukan yang dapat mencerahkan masalah temannya.

Peserta lain bercerita tentang perjalanan karirnya yang mentok ketika dia berada di bagian produksi. Gajinya sudah tertinggi dan tidak akan mungkin lebih tinggi lagi, karena jabatan di atasnya adalah jabatan tertinggi di perusahaan yang hanya dimiliki oleh pemilik perusahaan.

Akhirnya dia memilih utnuk pindah ke divisi pemasaran dengan risiko gaji terjun bebas dan harus belajar lagi dari awal.

Ternyata pengalaman di bagian produksi yang sering mendapat komplain pelanggan banyak memberi manfaat bagi karirnya di bagian pemasaran. Kefasihannya memahami barang jualan yang dulu diproduksinya membuat dia mampu memberi penjelasan yang lengkap tentang produk yang dijualnya.

Karirnyapun kembali menanjak, meskipun akhirnya kembali "mentok", karena sudah tidak ada lagi peningkatan jabatan maupun peningkatan gaji.

Keputusan terakhir harus "resign" dan dua pilihanpun muncul.

Mendirikan perusahaan sendiri dengan tetap bekerja sama dengan perusahaan tempatnya dulu dibesarkan atau muncul dengan "bendera" sendiri, artinya siap bertarung di pasar melawan mantan induknya dulu.

Ternyata yang diambil adalah pilihan terakhir, bertarung bebas di pasar melawan mantan pimpinannya dulu.

Namun pada kenyataannya bukan pertempuran yang dialaminya tetapi pertemanan seperti laiknya mitra saja. Mereka saling melengkapi dan saling mendukung.

Sungguh ini adalah pertemuan perdana [bagiku] yang sangat banyak memberi inspirasi.

Rasanya kita yang baru saja berkenalan ini menjadi begitu dekat, seperti punya saudara baru yang begitu antusias mendukung kita. Bahagia itu jadi terasa dekat di hati ini.

Segala permasalahan yang muncul langsung ditanggapi dengan masukan yang jernih. mencerahkan dan tidak ada kesan menghakimi.

Terungkap pula bahwa Social Networking [SN] sangat perlu untuk menunjang bisnis kita.

Seperti "joke" menristek kalau cerita tentang social networking, sesungguhnya SN itu kalau diperas jadinya adalah "GAUL".

Mau makai Multiply, Fisbuk, Friendster, PLURK atau apapun tetap diperlukan "aroma" gaul di dalamnya. Tidak lucu kalau kita buka FB, tetapi kita sama sekali tidak gaul [abiz].

Apa gunanya punya blog kalau tidak pernah kita isi atau kita isi dengan asal-asalan saja?

Semua SN memang memerlukan "aroma" gaul, sehingga bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan networkingnya.

Saat kita membahas BakMi SeMar [nama ini sangat menjual kayaknya, bisa jadi bakmisemar.com], ide sepedaan minggu lalupun muncul. Begitu juga saat membahas bengkel motor yang ingin meningkatkan pemasarannya.

Berbagai ide memang muncul, salah satunya persis dengan yang diadakan oleh Cimart minggu lalu, bersepedaan dengan start dari rumah salah satu anggota dan finish di bisnis kuliner [atau bengkel] di salah satu anggota.

Bagaimana kalau di lingkungannya belum ada jaringan, siapa yang akan ikut sepedaan itu?

Jelas kita harus punya jaringan di sekitar kita, bisa jaringan RT/RW atau komunitas keluarga kita sendiri yang mungkin ada di sekitar kita.

Kegiatan juga tidak harus bersepeda, jalan kaki juga boleh, bahkan tidak kemana-manapun boleh. Sekedar kumpul-kumpul di lokasi yang akan kita tingkatkan pemasarannya sudah cukup, karena itu sudah memberi efek "ramai" di lokasi bisnis kita.

Ada juga ide "gokil" untuk menjual sabun dengan cara mixing

Semua ide "tumpleg bleg" di komunitas ini. Semua saling menguatkan dan langsung merasuk dalam hati masing-masing penerima ide.

Di sesi terakhir, aku bertugas sebagai presenter dengan topik, bagaimana caraku menulis blog. Ini memang kata lain dari tips ngeblog, karena kalau ambil judul "tips ngeblog", itu sudah bertebaran gak karu-karuan banyaknya di internet, jadi judulnya harus diubah sedikit.

Seperti biasa, aku tidak hanya berbagi ilmu ngeblog tapi berbagi ilmu jadi presenter dan sedikit cerita tentang perlunya memanfaatkan kedua otak kita [kanan dan kiri]. Jangan terlalu memaksa otak kiri saja untuk bekerja tetapi perlu juga otak kanan disuruh bekerja.

Joke yang bertebaran adalah betapa mahalnya harga otak orang Indonesia karena sampai matipun belum pernah digunakan !:-).

Tantangan di akhir presentasi adalah "kewajiban" semua peserta untuk menulis satu tulisan yang diposting di blognya sendiri dan di blog komunitas. Artinya, mereka harus mebuat blog mereka sendiri dan harus ada blog komunitas yang bisa dipakai sebagai tempat mereka untuk mengirim posting.

Salut buat pemrakarsa MMC 1 ini, semoga makin ke depan makin terlihat ujud nyata dari pertemuan MMC 1 ini.

Insya Allah
Amin.










Grup Google
Langgani Master Mind Cikarang 1
Email:

Kunjungi grup ini

Bengong

Awalnya ingin menulis di blog tentang "Business Wisdom", ide itu muncul tiba-tiba setelah selasa malam kemarin mengikuti training dengan Pak Andri Marjoni. Seorang pengusaha sukses Cikarang yang mau membagi ilmunya untuk pengusaha dan calon pengusaha. Dimulai dari lingkungan teman-teman dan tetangganya agar bisa sukses, seperti yang di alami oleh beliau.

Tapi karena mengambil judul yang memerlukan data-data pendukung yang valid, bukannya terus mengetik tulisan, malah jadi bengong. Selama setengah jam bingung mau dimulai darimana ini tulisan. Akhirnya klak-klik dan browsing sana-sini tanpa menghasilkan tulisan satu kalimatpun.

Sinergi otak dan tangan tidak cepat, dan saling mendukung. Hal ini malah mengingatkan perkataan Pak Andri waktu itu, kalau kita sering-sering menulis. Secara berangsur-angsur tulisan kita akan terserap oleh otak kecil kita dan masuk kedalam bawah sadar kita.

Misalkan kita ingin bisa bermanfaat bagi orang lain, maka jika kita tuliskan hal ini dalam sebuah tulisan, dan melafalkannya setiap saat (baca : berdoa). Insya Allah sebuah kekuatan yang selama ini kita tidak pernah bayangkan, akan muncul dan mengabulkan doa kita, untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain. Dan kekuatan itu datangnya tanpa di sangka-sangka. Itulah kebenaran janji Allah S.W.T yang berkata dalam firman-firman-Nya (Maaf kutipan qur'an suratnya saya tidak hapal).

Jadi kita jangan pernah menyepelekan doa-doa kita, karena merasa doa kita belum pernah dikabulkan, sehingga kita malas berdoa kepada Allah S.W.T. Lihat kalimat tulisan ini sebelumnya. Ada kata belum dikabulkan, bukan berarti tidak di kabulkan, bisa jadi Allah Sedang menguji kita, atau doa kita belum ikhlas, atau ada hal yang bisa di sebut energi negatif dari diri kita belum semua terbalas ke kita. Sehingga simpanan energi positif kita masih belum cair (kubik leadership by Ustadz Jamil Azzaini).

Subhanallah dalam kebengongan ini, mengalir tulisan-tulisan yang sedikit menggugah saya sendiri untuk lebih ikhlas, dan lebih semangat lagi untuk berdoa. Karena tiba-tiba simpul-simpul otak terus memunculkan pengalaman-pengalaman masa lalu yang sering kita bilang 'keajaiban', ketika kita dilanda suatu musibah atau kesusahan, setelah kita berdoa dengan ikhlas dan memohon dengan air mata taubah, tiba-tiba musibah dan kesusahan itu menjadi ringan dan sangat ringan. Semua itu barokah Allah S.W.T robbil 'alamin.

Waktu terus bergulir dan niat berdoa mengalir, seperti padi yang telah berbulir, merundukkan diri keharibaan Illahi Robbi.

"Allaahumma baarik lanaa fii maa razaqtanaa wa qinaa 'adzaaban naar"