Sunday, August 2, 2009

Bertemunya Orang Gila Asli dan Orang Asli Gila

Sehabis acara bertemunya komunitas TDA [tangan di atas] dengan komunitas EU [entrepreneur university], maka seorang kawan sambil tersenyum bergumam kecil, "hancur sudah planningku selama ini"

Kamipun tertawa berderai mendengar gumaman itu.

Acara kolaborasi dua kelompok penganut faham otak kanan ini memang membuat audience jadi terhajar habis-habisan oleh semua pembicara yang tampil pada hari itu. Planning para peserta yang tadinya terlihat runtut menurut versi mereka ternyata salah besar di hadapan para pakar bisnis ini.






Dimulai dari pak Soni yang bercerita dengan cukup detil tentang perlunya mempunyai proposal hidup. Kapan kita sampai pada target tertentu, kemudian berlanjut pada target selanjutnya sampai akhirnya sampai pada target akhir yang kita tentukan, lengkap dengan tanggal dan harinya.

Banyak orang ingin menjadi seseorang tapi jarang yang bisa menuangkannya dalam suatu kalimat, "saya akan menjadi XXX pada hari YYY tanggal ZZZ!"

Kita harus yakin diri kita ini apa dan mau jadi apa !

Banyak contoh ditampilkan tentang mereka yang berhasil mewujudkan mimpinya karena semua mimpi itu disertai tekad yang benar, artinya tidak hanya tekad doank, tapi ditindak lanjuti dengan perbuatan yang sesuai dengan tekad dalam mimpi itu. Di dalam forum Mastermind TDA, mimpi-mimpi ini disampaikan ke anggota mastermind dan akan di"support" habis-habisan oleh anggota yang lain. Memang mastermind ini jadi terasa seperti pertemuan yang penuh aura MAGIC, karena yang tidak mungkin menjadi mungkin.



Pak Valentino, sebagai pembicata selanjutnya, lebih menekankan bahwa yang namanya "resign" adalah merupakan akibat yang natural dari suatu sebab yang diperjuangkan dengan benar. Bila sebab-sebab "resign" sudah terwujud, maka soal resign adalah sesuatu yang hal yang begitu saja terjadi, mengalir seperti air saja.

Bila pendapatan bisnis kita di luar pekerjaan resmi, ternyata melebihi atau bahkan berlipat kali dari pendapatan resmi kita, maka jadi tidak perlu lagi untuk bekerja sebagai TDB [tangan di bawah], tapi itu adalah saat kita menjadi TDA, saat kita mulai memperkerjakan orang lain secara full. Itulah saat tangan kita ada di atas. [I love You FULL, kata mbah Surip]

Jadi mulailah dengan membangun kinerja di kantor dengan baik, terus meningkatkan kinerjanya dari hari ke hari, sehingga bisa jadi manajer, bisa mengatur waktu kerja di kantor dengan waktu kerja untuk mendukung bisnis pribadi kita dan saat bisnis kita di luar kantor sudah melebihi gaji kita, tentu soal resign sudah bukan menjadi mimpi buruk lagi.



Pak Roni, sang pendiri TDA, di sesi selanjutnya, dengan kalem juga menyampaikan bahwa saat ini sudah saatnya para member TDA untuk tidak hanya sukses bagi dirinya sendiri, tapi juga sukses menebar rahmat bagi lingkungan masing-masing.

Semua member TDA harus selalu FUN dalam menjalankan bisnisnya dan soal resign bukan menjadi tujuan tetapi hanya suatu akibat saja.

Beberapa peserta diajak pak Roni untuk tampil ke panggung dan dialog yang detilpun dilakukan di depan audience. Tentu audience jadi mempunyai pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang disampaikan oleh pak Roni.



Acara puncak tentu saja penampilan kocak dan apa adanya dari pak Purdi. Audience yang tadinya jauh dari panggung, sekarang didekatkan dengan panggung. Tidak hanya orangnya yang didekatkan tapi termasuk kursinya diangkat dan dibawa mendekati panggung, bahkan menempel di panggung. Jadi mirip konser artis band, semua audience "nglumpuk" di depan bibir panggung.

 
audience masih duduk normal

 
ini  juga masih duduk normal


audience mulai nglumpuk di depan panggung


 
kursi sudah tak beraturan lagi

Panitia yang tadinya memprotesku karena menyuruh semua orang memenuhi kursi di depan, sekarang terpaksa tidak bisa berbuat apa-apa, karena yang menyuruh justru sang pembicara.

Ceramah pak Purdi ini akhirnya menjadi ajang komunikasi dua arah yang sangat cair dan penuh dengan gelak tawa. Tidak ada lagi penampilan jaim dari para peserta, semuanya larut dalam ceramah yang kadang susah dibedakan mana yang serius dan mana yang guyon.

Inilah ceramah yang berhasil memaksa audience untuk memakai otak kanannya.

Meski ceramah ini penuh guyon, sejatinya pak Purdi memasukkan unsur guyon itu agar audience lebih dalam lagi melihat apa yang ada di dalam guyonannya.

"Saya sedih ketika anak saya rankingnya mengecil, artinya dia menjadi tambah pintar dan akhirnya saya lega kembali ketika anak saya rankingnya membesar lagi"

[Mana ada orang tua yang senang melihat anaknya ada ranking terbawah, hampir semua orangtua biasanya suka melihat anaknya mempunyai ranking atas]

"Bodoh itu tidak apa-apa, artinya dia sudah berbakat menjadi pengusaha. Nanti tinggal cari kawan-kawan sekolahnya yang pandai-pandai untuk dijadikan karyawannya!"

Inti dari ceramah pak Purdi ini memang tidak lari dari EPOS [energi positip] . Hilangkan ENEG [energi negatip] dan selalu tebarkan energi positif ke lingkungan kita!:-)

Memang boleh dikatakan semua pembicara hari ini selalu menempatkan sisi spiritual dalam akhir ceramahnya. Semua tokoh terkenal di dunia yang sering dijadikan panutan, hampir semuanya akhirnya lari ke masalah spiritual, karena memang disinilah kunci kebahagiaan. Apa artinya materi yang berlimpah bila tak ada bahagia dalam hati.

Orang yang cerdas adalah mereka yang selalu mengingat mati dan selalu mempersiapkan bekal bila saat itu datang.

Adzan Asar akhirnya menyadarkan peserta kalau acara sudah harus berakhir. Kepuasan terlihat di wajah semua orang, apalagi di wajah-wajah panitia yang kujumpai.

Saling bersalaman, saling mempererat pertemanan saling berbagi kartu nama dan saling berbagi informasi mewarnai akhir acara ini.

Sampai ketemu dua bulan lagi di acara yang tidak kalah menariknya. Salam FUNtastic !


 
alhamdulillah, sudah bisa jadi panitia TDA Bekasi


 
nglesot di panggung [cape deh]


 
tak pernah lepas dari Tali Allah 
yang tak pernah muncul fotonya [motreeeet aja teruys kerjaannya]


 
terus menemani sampai akhir acara [pak Soni, Pak Erry dan pak Roni]



penulis : eshape

...
.