Sunday, March 15, 2009

Survey Beras [lanjutan lagi]


Hingga akhir pebruari kemarin, gelombang PHK terus menghantui para pekerja. Angkanya sudah mendekati 40 ribu orang dan masih mungkin akan terus bertambah bila kondisi perekonomian tidak membaik.



Saat ini, mari kita lupakan angka itu, ada tugas besar di hadapan kita. Seperti kata teman yang begitu jeli menangkap setiap peluang yang ada,"di sekeliling kita ini terdapat banyak sekali peluang, pertanyaannya adalah, apakah kita mau mengambilnya"

"Kalau kita mulai melihat isi rumah kita, maka ratusan peluang sudah muncul di depan kita"

"Ambil contoh, makan kita sehari tiga kali, maka peluangnya adalah berjualan makanan, karena semua butuh makan dan tidak semua orang mampu memasak makanan untuk mereka makan"

"Kalau kita lihat tagihan listrik kita, maka peluang juga segera muncul. Apa salahnya sambil kita mbayar tagihan listrik, kita bayarkan juga listrik tetangga-tetangga kita. Tidak semua tetangga kita punya waktu untuk menyempatkan diri antri di loket"

Gagasan-gagasan yang muncul dari berbagai diskusi di milis CIkarang Baru, mungkin tidak melihat pada angka-angka PHK itu, tetapi semangat membuka lapangan kerja baru,semangat belajar berbisnis dengan baik, justru yang mungkin mendasari diskusi itu.

Ketika akhirnya draft rencana usaha [BP] mulai di"lempar" ke milis, maka saat pergerakan kegiatan UB CiMartpun mulai dipanaskan. Mesin itu sudah dihidupkan dan para aktifis calon pengusaha baru itupun mulai memposisikan dirinya di tempat pijaknya masing-masing.

Kalau Belanda mengenal Total Football, maka begitulah pemanasan yang dilakukan mesin UB CiMarT ini. Dirut langsung terjun memimpin survey produk utama yang akan dikelola.

Aku yang memang dari awal mencanangkan untuk ikut membantu kegiatan seksi usaha, meskipun posisiku di Dewan Pengawas, ikut menjadi gembalaan pak Dirut, belajar survey produk dan belajar mencium bau "bisnis" dalam setiap hal yang dijumpai di jalan.

Sepanjang jalan dapat kuliah gratis dari pak Dirut, sehingga perjalanan 120 km terasa dekat dan tanpa rasa kantuk. Pak Dirut yang kulihat beberapa kali menguap [akhirnya aku tahu bahwa pak Dirut kekurangan oksigen, karena tidak sempat makan sebelum berangkat survey].

Akupun menyopir sesuai etika berkendara yang kubaca di beberapa buku Safety Driving [meskipun kadang-kadang masih mau "lari kenceng" di jalan yang sempit, he...he..he...].

Pelajaran yang bisa dipetik dari survey produk beras ini antara lain adalah :
  1. Bila bisnis sudah berjalan dengan baik, maka pembeli yang akan mencari penjual dan bukan sebaliknya
  2. Ada peluang menjual beras murah dan bermutu tinggi, kalau kita bisa menyadarkan masyarakat bahwa beras berwarna gelap lebih bermutu dibanding beras yang berwarna putih

  3. Model pembelian padi dari petani ternyata bermacam-macam, demikian juga model pengelolaan beras dari penggilingan.

  4. Tidak semua penggilingan mau mengantar beras, ada harga franco pengambilan di lokasi penggilingan dan ada franco penerimaan di lokasi pembeli.

  5. Silahkan ditambahin sendiri, untuk memperkaya hasil survey ini.

Kalau kita terlalu takut menghadapi krisis ekonomi, maka kita telah menggunakan sebagian energi kita untuk memikirkan krisis itu. Alangkah baiknya energi itu kita pakai untuk memikirkan hal yang lebih bermanfaat, misalnya bagaimana membuka peluang usaha baru.

Akan lebih bermanfaat lagi kalau ide-ide itu disampaikan ke UB.CiMarT, sehingga bisa direalisasikan pada kelompok calon pengusaha yang begitu bersemangat untuk membangun Indonesia dari sisi perekonomian rakyat.

Mari bergabung dengan UB.CiMarT untuk menuangkan ide dan melaksanakan ide membangun perekonomian Rakyat Indonesia.

Selamat berusaha dengan baik untuk orang yang baik secara baik-baik.

Insya Allah manfaat. Amin.



Start dari Puspita VII Montana [foto by tamuku]
source gambar : kliping KOMPAS







SURVEY BERAS [lanjutan 1]

Pulang dari pak Emir sudah capek, jadi upload foto dulu saja ya.


Melihat proses pembuatan beras

Diawali dengan butiran padi


Menjadi beras yang bermutu tinggi


Menghasilkan juga beras yang lebih putih tetapi dengan butir-butir kecil


Dan ini adalah varietas unggulnya, putih dan bentuknya enak dipandang.


Di penggilingan ini ada beberapa produk beras yang dihasilkan. Mulai dari yang kelas bawah sampai yang kelas atas, tergantung dengan permintaan pelanggan.

Bisnis yang sudah berjalan beberapa tahun ini memang tidak mempunyai kesulitan untuk mencari pembeli. Dengan kapasitas 9 ton/hari, maka tidak pernah terjadi sisa produksi yang menumpuk di gudang.

Penggilingan ini baru berhenti, bila terjadi gagal panen atau tidak ada pasokan padi lagi dari petani.

Hujan tidak menjadi kendala disini, karena tersedia "oven" untuk mengeringkan padi, sehingga produksi penggilingan tetap dapat berjalan.

Konsekuensinya memang harga jadi mahal, karena tadinya memakai energi matahari yang gratis, sekarang haru smempergunakan energi pengganti yang perlu material untuk proses pengeringannya.

Model penjualan disini menganut model ambil di tempat, bukan franco pembeli, sehingga harus ditambahkan ongkos transport beras ke Cikarang. Biaya transportasi sekitar 150 [seratus lima puluh rupiah] per kg atau sekitar Rp. 1.350.000 per truk.






SURVEY BERAS

Setelah tiga hari dua malam mengawal acara outbound di Cikeas Bogor, aku dihadapkan pada tawaran menarik dari pak Dirut UB CiMarT : SURVEY BERAS !

Berangkat dari rumah sehabis sholat Dhuhur, kami berenam meluncur ke Krawang. Perjalanan 2 x 60 km terasa penuh nuansa. Mulai dari pak Afrizal yang ternyata belum sempat makan siang sampai pada adik kecil yang "mabuk" darat.

Jalan yang sempit dan cukup rame membuat perjalanan tidak seperti yang diharapkan [ini salah membayangkan kondisi jalan deh].

Meski begitu, kami selamat sampai tujuan. Kitapun berdiskusi tentang proses pengolahan beras, pengaruh cuaca, proses penjualannya dan proses mendapatkan padi.

Ternyata banyak model penjualan beras. Ada yang model datang mbawa padi dan kemudian mengambil hasil berasnya setelah digiling dan yang kita lihat ini adalah model pengusaha penggilingan padi yang mengambil padi dari para petani, menggilingnya dan kemudian menjualnya ke Jakarta atau Bekasi.

..istirahat sebentar .....
habis main ke rumah pak Emir dilanjut lagi
....